Rabu, 04 Juli 2012

WAYANG PRING

LOUNCHING WAYANG GOLEK LANGKUNG

Satu lagi greget proses kesenian di Jepara bertambah semarak. Hal ini dibuktikan dengan munculnya wayang unik dari Panggung Alit Desa Langon Kecamatan Tahunan Jepara. Keunikan wayang ini karena semua berbahankan dari bambu, hanya kepalanya saja yang terbuat dari batok kelapa kering. Selain itu, seluruh musik pengiring pertunjukkannyapun terbuat dari bambu.
Kemunculan wayang pring yang diberi nama "Wayang Golek Lankung" tersebut tampaknya mendapat apresiasi yang luar luar biasa dari banyak kalangan, baik dari seniman,akademisi, pemerhati, bahkan dari dinas Pariwisata dan Kebudayaan.
Kendati demikian, persoalan seni budaya tidaklah tuntas pada catatan hasil apresiasi saja. Melainkan harus ada tindak lanjut riil sebagai bentuk komitmen bersama untuk melestarikan dan mengembangkan serta melindungi karya-karya budaya yang ada. Apalagi komunitas panggung Alit yang telah berhasil meluncurkan karya besarnya tersebut, bukanlah hal sia-sia ketika harus mendapatkan perhatian yang cukup dari pihak manapun.
Menurut Pimpinan Komunitas, Ramatyan Sarjono, pihaknya tidak sekedar melafalkan aksara-aksara yang tertata dalam berberapa kalimat yang kemudian didengarkan pada seluruh "punggawanya" tetapi ia memiliki komitmen yang cukup untuk tetap berproses, berkarya untuk Jepara. Hal ini dibuktikan dengan perjalanannya dalam berkesenian sejak dulu kala hingga sekarang tak terputuskan - meski sudah menjadi PNS di Disdikpora -
"Ada beberapa hal yang harus ditangkap dan lakukan oleh kita bersama terkait dengan proses berkesenian dan kenapa saya tidak bisa meninggalkannya. Seperti karya kami ini, kenapa harus bambu tidak kayu sekalian. Di balik itu ada historis yang cukup mendalam tentang filosofi bambu. Suatu saat akan kami tuturkan" ungkap Sarjono

Sementara itu, salah satu tonggak dari Panggung Alit, Kustam Ekajalu, menyampaikan bahwa pihaknya masih sangat membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang cukup untuk mempertahankan dan mengembangkan komunitas ini. Jika tidak, suatu saat akan kedodoran sendiri dalam hal pendokumentasian maupun kelanjutan prosesnya.
"Setidaknya ada orang khusus yang bertugas untuk pendokumentasian dan perekaman mulai dari proses hingga pertunjukkannya. Sehingga dalam waktu senggang, bisa dijadikan bahan apresiasi bersama" tuturnya.
Selanjutnya, tinggal bagaimana para aktifis kesenian dan kebudayaan mengangkat karya lokal agar eksistensi seni budaya Jepara makin melangit, Semoga mampu. *** did