TANPA DUKUNGAN,
CELCIUS TETAP DIRIKAN POSKODAL
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Celcius bekerjasama dengan Forum Pencinta Alam se- Kabupaten Jepara (FPAJ) mengadakan kegiatan Pos Pengendalian Dampak Lingkungan (Poskodal) di Kawasan Wisata Pulau Panjang Jepara ketika pesta lomban tiba.
Kegiatan tersebut selain untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup juga sekaligus memberikan pemahaman kepada para pengunjung bahwa pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) untuk wisata perlu juga memperhatikan nilai-nilai kelestarian lingkungan hidupnya (Konservatif).
Kemudian sebagai bentuk komitmen LSM Celcius dan FPAJ terhadap upaya pelestarian lingkungan hidup di Pulau Panjang, dilakukan pula kegiatan rutin berkala satu bulan dua kali untuk pemantauan kerusakan lingkungan hidup di Pulau tersebut. Selanjutnya hasil pemantauan didokumentasi dalam bentuk laporan perkembangan.
Kegiatan rutin yang dilakukan sejak tahun 2003 ini, tampaknya belum mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kabupaten untuk ditindaklanjuti. Bahkan kegiatan tahun ke-6 ini, Sabtu-Minggu (26-27/09) dinilai salah oleh dinas terkait karena dianggap mengganggu kenyamanan pengunjung. Hal ini oleh Ketua LSM Celcius, Didid Endro S, dianggap pernyataan yang tidak bijaksana bahkan konyol.
“Mestinya kegiatan yang kami rintis ini didukung oleh institusi terkait bukan malah disudutkan.”, ungkap Didid.
Lebih lanjut, Didid juga mengungkapkan betapa memperhatikannya kondisi Pulau Panjang disaat pesta lomban tiba. Para pengunjung seenaknya mengambili terumbu karang, burung blekok, dan tanaman untuk dibawa pulang. Hal ini disikapi Celcius dan FPAJ dengan cara meminta kembali kekayaan alam yang telah tercabut tersebut untuk dikembalikan ke habitatnya.
Setidaknya dalam satu kegiatan, Celcius dan FPAJ berhasil mengembalikan berpuluh-puluh dus terumbu karang yang diambil pengunjung dan berpuluh burung blekok serta beberapa tanaman. Sangat tidak mungkin jika hal ini dibiarkan begitu saja.
“Kalau satu kali lomban ada 60-90 dus terumbu karang yang diambil pengunjung dan begitu seterusnya, bagaimana pulau panjang kedepan”, tambah Didid.
Menurutnya, dinas atau institusi terkait yang berkompeten dan memiliki komitmen terhadap pelestarian lingkungan serta pengembangan potensi wisata, mestinya sadar dan memahami hal ini. Artinya tidak harus menunggu disodok-sodok, tetapi bisa melihat kondisi real yang ada. Apalagi Dinas Pariwisata (Disparbud), Badan Lingkungan Hidup (BLH), dan Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislutkan) yang memilki kepentingan atas lestarinya pulau panjang mestinya faham betul tentang apa yang terjadi di sana.
Sementara itu, salah satu coordinator kegiatan tersebut, Ali Rohmad, mengeluhkan atas sikap institusi yang menganggap kegiatan ini salah. Menurutnya, para peserta selama ini tidak pernah melakukan sikap-sikap konfrontatif terhadap para pengunjung tetapi lebih pada sikap persuasif sehingga pengunjung perlahan-lahan semakin sadar dan dengan suka rela menyerahkan barang “pungutannya” kepada pos Pengendali Dampak Lingkungan (Poskodal). Bahkan ada beberapa pengunjung yang turut membantu mengembalikan terumbu karang ke perairan.
“Kami tidak setuju kalau kegiatan ini dianggap mengganggu kenyamanan pengunjung oleh Disparbud. Justru kami memberikan pemahaman kepada mereka (pengunjung)” tegas Ali Rohmad.
Untuk melihat kondisi yang sebenarnya, lanjut Ali Rohmad, tidak ada salahnya dinas atau institusi terkait sesekali datang ke pulau panjang disaat lomban tiba. Di sana akan terbukti kerja keras peserta kegiatan Poskodal tanpa pamrih apapun.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Arif Rohman. Pihaknya lebih tegas lagi menilai bahwa isntitusi yang memberikan penilaian buruk terhadap kegiatan tersebut merupakan sikap yang apatis dan tidak peduli terhadap hal yang sebenarnya harus mereka kelola dengan baik. Pulau Panjang yang dijual adalah potensi alamnya, jika potensi yang ada di dalamnya semakin habis, tentu Pulau tersebut menjadi tidak menarik.
“Mari kita berpikir realistis. Saya tidak yakin kalau para pejabat terkait mau turun langsung ke sini untuk melakukan kegiatan seperti ini tanpa dibayar dan mengeluarkan biaya sendiri. Sangat tidak mungkin”, tegas Arief Rohman.
Arief hanya berharap jangan tergesa-gesa menjustifikasi terhadap kegiatan yang dilakukan selama ini. Setidaknya mereka merasa terbantu oleh para peserta Poskodal sehingga kawasan tersebut menjadi terselamatkan meskipun sedikit demi sedikit.
Lima tahun bukanlah waktu yang pendek untuk tetap melakukan kegiatan secara kontinu. Hal ini tidak akan terjadi tanpa dilandasi komitmen yang tinggi terhadap cinta lingkungan. Selanjutnya, bagaimana dinas atau institusi terkait mensikapi kegiatan tersebut. Sehingga terjalin sinergitas yang baik demi kelestarian Pualau Panjang.
Di hadapan 70 orang peserta Poskodal, Didid Endro S., menyampaikan agar tetap terjaga kondusifitas pengunjung sehingga mereka (pengunjung) tidak merasa kecewa ataupun tersinggung atas sikap peserta Poskodal. Bahkan diharapkan berangsur-angsur tercipta kesamaan persepsi diantara keduanya.
“Yang menganggap salah biarkan saja menganggap salah. Yang tidak peduli, biar saja tidak peduli. Yang penting kita tetap saja jalankan apa yang bisa kita lakukan” celetuk Didid mengakhiri breefing sebelum turun.
Selanjutnya, masing-masing peserta berhamburan menuju beberapa pos yang telah ditentukan. Ada beberapa titik rawan dipasang tali batas agar pengunjung tidak memaksa masuk untuk mengambil terumbu karang yang ada. Pengunjung disarankan cukup menikmati keindahan terumbu karang dari luar tali batas yang pemasangannya sudah diperkirakan sedemikian rupa sehingga pengunjubng tidak terganggu. ***
DATA KEGIATAN LSM CELCIUS BERSAMA FPAJ
UNTUK PULAU PANJANG
DARI TAHUN 2003
No. Uraian Kegiatan Tahun Jumlah Personil Keterangan
1 Poskodal Syawalan 2003 96 orang Swadaya
2 Poskodal Syawalan 2004 70 orang Swadaya (jualan kelapa muda untuk biaya operasional)
3 Bersih lingkungan 2004 112 orang
4 Poskodal Syawalan 2005 82 orang Swadaya
5. Poskodal Syawalan 2006 90 orang Swadaya
6 Penanaman Pohon 2006 120 orang Gerhan
7. Poskodal Syawalan 2007 49 orang Swadaya
8 Poskodal Syawalan 2008 79 orang Swadaya
Keterangan :
Selain beberapa kegiatan tersebut, Celcius juga melakukan intensitas pemantauan berkala 1 bulan 2 kali dengan biaya swadaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar