Ayo Panjat Tebing (1)
Bagaimana Memanjat Tebing
Oleh : Didid Endro S.
Olah raga panjat tebing merupakan salah satu olah raga yang memiliki resiko tinggi dibanding dengan olah raga lainnya. Akan tetapi keberadaannya kini semakin diminati, utamanya bagi kalangan muda atau lebih khusus lagi bagi kalangan pencinta adventure (petualangan). Karena selain untuk kepentingan olah raga, panjat tebing juga sekaligus bisa dibarengi dengan menikmati keindahan alam sekitarnya. Kendati demikian, climber (pemanjat) juga harus dibekali dengan pemilikan dan penguasaan tehnis pemanjatan secara profesional sehingga pada pelaksanaannya tidak sekedar memanjat.
Mengenai bagaimana seharusnya memanjat tebing, tentu para climber harus mengenal terlebih dulu jenis-jenis pemanjatan serta penguasaan medan pemanjatan secara rinci, detail, dan mengetahui karakter tebing yang akan dipanjat sehingga pada saat bersamaan climber bisa memprediksi peralatan (pengaman) apa yang harus dipersiapkan.
Seperti yang sudah lazim dikenal, ada 3 (tiga) jenis panjat tebing yang sudah sering dilakukan. Pertama adalah Solo Free Climbing (pemanjatan bebas tunggal), yaitu melakukan panjat tebing sendirian tanpa menggunakan tali pengaman. Kedua adalah Free Climbing (pemanjatan bebas), yaitu melakukan pemanjatan dengan menggunakan tali dan pengaman buatan. Akan tetapi pengaman hanya digunakan sebagai alat pengaman saja dan tidak berfungsi sebagai alat penambah ketinggian.
Kemudian yang ketiga adalah Artificial Climbing, yaitu memanjat dengan menggunakan tali dan pengaman tambahan, tetapi pengaman tersebut bisa juga digunakan sebagai alat penambah ketinggian. Artinya, pengaman yang dipasang bisa digunakan sebagai pegangan atau pijakan kaki untuk menambah ketinggian pemanjatan. Jenis ini biasanya diterapkan pada pemanjatan tebing basah atau air terjun.
Meski ketiga jenis tersebut tampak berbeda, akan tetapi pada prinsip dan teknisnya tidak jauh berbeda. Perbedaannya hanya pada penerapan alat atau pengaman yang digunakan, terlebih pada artificial climbing, yang mana jenis pemanjatan ini masih sangat jarang dilakukan oleh pemanjat-pemanjat pemula. Hal ini dikarenakan jenis ini sangat memerlukan kepekaan orientasi medan, kemahiran baik dalam teknis maupun kemahiran dalam penggunaan alat-alat yang ada, serta daya tahan (endurance) yang cukup.
Selain kemampuan penguasaan medan, kemahiran, dan daya tahan yang cukup, pemanjat tidak harus melupakan persiapan-persiapan di bawah tebing sebelum memanjat. Persiapan yang mutlak harus dilakukan adalah pemanasan dan menata semua peralatan yang akan digunakan untuk memudahkan pemilihan atau pengambilan alat-alat apa yang akan digunakan. Selain itu, jangan sampai meletakkan peralatan tepat dibawah tebing yang akan dipanjat. Kedua hal tersebut tampak sederhana atau bahkan dianggap sepele, akan tetapi bisa menjadi hal yang sangat berarti jika pemanjat kurang memperhatikannya. Kenapa demikian ?
Ketika dalam proses pemanjatan tidak didahului dengan pemanasan yang cukup, tidak jarang pemanjat mengalami kram di tengah-tengah pemanjatannya dan hal ini tentunya sangat membahayakan. Karena dalam kondisi seperti ini sangat sulit diantisipasi, apalagi jika pemanjatan yang dilakukan adalah Solo Free Climbing.
Terkait dengan peralatan yang akan digunakan, semua harus diseting rapi (tidak kusut) untuk memudahkan pemanjat memilih dan mengambilnya ketika hendak memasang pengaman tambahan dan sebagainya. Selain itu, harus diperhatikan juga, jangan sampai meletakkan semua jenis peralatan dibawah tebing persis. Karena ketika pemanjatan sudah dimulai dan peralatan diletakkan persis di bawah tebing, tidak menutup kemungkinan alat akan rusak karena kejatuhan batu-batu kecil dari atas akibat pemanjatan yang dilakukan………..
Penulis adalah :
Alumni Perguruan Panjat Tebing Indonesia
SKYGERS Jawa Barat, Angkatan XI
Tinggal di Jepara
Ayo Panjat Tebing (2)
Kenali Alat dan Pengaman Pemanjatan
Oleh : Didid Endro S.
Pada edisi sebelumnya, telah disampaikan bagaimana memanjat serta apa yang harus dilakukan oleh pemanjat. Dalam kesempatan ini, mungkin tidak ada salahnya jika secara bersama-sama untuk saling mengenali sekelumit alat-alat apa saja yang diperlukan dalam melakukan pemanjatan.
Sebelum menuju pada pengenalan alat-alat pemanjatan, ada hal yang tidak kalah pentingnya adalah penciptaan komunikasi yang baik antara climber dengan belayer. Hal ini harus tercipta karena sangat berpengaruh pada keselamatan pemanjat serta beberapa unsur pendukung yang ada di bawah pemanjatan.
Beberapa hal yang harus dikomunikasikan antara belayer dengan climber sebelum pemanjatan adalah tentang kesiapan di antara keduanya. Kemudian dalam perjalanan pemanjatan, hal biasa yang sering dikomunikasikan adalah istilah Full dan Lose. Ketika pemanjat mengatakan full, maka belayer harus menarik tali pemanjatan, dan ketika lose, maka belayer harus mengulur tali pemanjatan. Hal ini sangat terkait dengan kenyamanan pemanjat dalam mencari alternatif jalur dan atau pemasangan pengaman pemanjatan. Selain itu juga ada istilah Rock. Ketika pemanjat berteriak rock, artinya ada bebatuan yang jatuh atau rontok akibat pemanjatan atau gesekan alat-alat pemanjatan lainnya. Sehingga siapapun yang berada di bawah tebing pemanjatan, harus waspada dan menghindari bebatuan yang jatuh tersebut.
Mengenali Alat-alat Pemanjatan
Untuk mengenal lebih dekat bagaimana melakukan pemanjatan yang baik, tentu pemanjat harus mengenal pula alat-alat apa saja yang diperlukan dalam pemanjatan. Ada berbagai jenis alat pemanjatan professional, akan tetapi kebanyakan pemanjat di Indonesia lebih-lebih di tingkat daerah, hanya mengenalkan sebagian saja.
Alat-alat yang sudah lazim dikenal diantaranya adalah :
01. Tali Carmantel. Tali ini terbuat dari nilon berlapis dan memiliki kekuatan (holding power) hingga 2.500 kg. Tali ini ada dua jenis, yakni Dinamic dan Static.
02. Carabiner. Alat ini berupa cincin alumunium aloa dan terdiri dari berbagai bentuk yang berfungsi untuk mengaitkan antara pemanjat dengan pengaman pemanjatan.
03. Sit Harnes. Alat ini berfungsi untuk mengikat tubuh pemanjat yang kemudian di kait dengan carabiner untuk ke tali utama (Carmantel). Alat ini juga ada berbagai jenis bahkan ada juga yang manual yang sering disebut Webbing atau dalam militer lebih dikenal dengan sebutan tali jiwa.
04. Sepatu Panjat. Sepatu ini sangat penting bagi pemanjat. Karena selain aman dari tajamnya batu tebing, juga sangat membantu pemanjat karena bersifat tidak licin dan satu tumpuan.
05. Helm, alat ini masih jarang dipakai oleh pemanjat-pemanjat Indonesia. Padahal dalam melakukan ekspedisi panjat tebing, alat ini sangat vital sekali fungsinya untuk menjaga kepala dari bebatuan yang jatuh akibat pemanjatan. Jika tidak, tentu terjadi banyak kecelakaan. Karena tidak pernah terjadi hal yang cukup berarti, alat ini menjadi terlupakan.
06. Figur of Eigh. Alat ini berbentuk seperti angka delapan dan berfungsi untuk belayer dan atau menuruni tebing setelah pemanjatan usai.
07. Tali Sling. Yaitu berupa tali pita pendek berfungsi sebagai pengatur arah pemanjatan yang dikaitkan antara pengaman yang dipasang dengan tali utama menggunakan carabiner.
08. Paku piton. Yaitu sebuah alat pengaman berbentuk seperti paku pipih yang biasa difungsikan pada celah-celah tebing yang sempit baik horizontal maupun vertical. Tehgnis pemasangannya adalah, paku tersebut dimasukkan pada celah yang diinginkan kemudian dipukul dengan martil. Tetapi dalam pemasangannya tidak bisa dipaksakan. Artinya, ketika sudah mencapai titik maksimal, paku tersebut tidak boleh dipukul lagi. Karena jika dipaksakan, paku tersebut akan berangsur-angsur mengendor dan sangat memungkinkan lepas kembali.
09. Frend. Alat ini berbentuk seperti gerigi dan berpegas. Alat ini difungsikan khusus untuk tebing yang menyempit ke atas. Sebelum dipasang, pegas ditarik kemudian dimasukkan dalam celah tebing yang diinginkan. Alat ini semakin terbebani, semakin kencang mengunci pada celah tebing.
10. Chock. Alat ini berbentuk lonjong segi lima dan biasa difungsikan untuk celah tebing yang menyempit ke bawah
11. Stopher. Alat ini berbentuk pipih tapi semakin tebal pada ujungnya. Fungsinya tidak berbeda seperti Cholck, yakni untuk celah tebing yang menyempit ke bawah.
12. Big Brow. Alat ini berbentuk bulat panjag dan berpegas. Fungsinya untuk celah-celah dinding yang lebih lebar atau besar
Pengaman Pemanjatan
Selain beberapa peralatan di atas, pemanjat jug aperlu mengenali apa-apa saja yang bisa difungsikan sebagai pengaman. Ada dua jenis pengaman yang lazim digunakan oleh para pemanjat, yakni :
01. Pengaman Alami (Natural Anchor). Cara penggunaan pengaman ini adalah dengan memanfaatkan potensi alam yang ada di sekitar pemanjatan seperti Pohon, akar, batu tanduk, dan lain sebagainya.
02. Pengaman Buatan (Artificial Anchor). Adalah pengaman-pengaman yang sengaja dipasang atau di buat oleh pemanjat dengan menggunakan berbagai perelatan yang sudah dipersiapkan seperti di atas.
03. Pengaman Oposite. Jenis pengaman ini adalah penggabungan antara dua pengaman dari arah yang berbeda. Pengaman ini sangat mungkin terjadi ketika ditemukan dua celah yang berlawanan arah (menyempit ke kriri dank ke kanan)
Demikian berbagai hal terkait dengan peralatan-peralatan apa saja yang harus dipersiapkan pemanjat sebelum melakukan pemanjatan di tebing. Kendati demikian, ada satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh para pemanjat, yakni sebelum memasang pengaman baik pengaman buatan maupun pengaman alami, terlebih dulu harus dilakukan pengecekan terhadap kondisi tebing atau celah tebing yang akan dipasangi pengaman.
Adapun cara pengecekannya adalah memukul di seputaran celah tebing yang akan dipasangi pengaman dan dirasakan atau diraba dengan tangan yang satunya. Jika ketika dipukul ada getaran disekitarnya, maka tebing atau celah tersebut tidak layak dipasangi pengaman.
Kemudian berapa jumlah alat atau pengaman yang harus dipersiapkan oleh pemanjat adalah tergantung hasil observasi yang dilakukan sebelum pemanjatan. Selanjutnya tentu masih banyak hal lain yang belum tersampaikan. Untuk itu, agar lebih memahami penerapan peralatan serta teknis simpul, perlu dilakukan simulasi atau sekedar praktik kering (uji coba di bawah tidak di tebing langsung )
Penulis adalah :
Alumni Perguruan Panjat Tebing Indonesia
SKYGERS Jawa Barat, Angkatan XI
Tinggal di Jepara
Ayo Panjat Tebing (3)
Olah Raga Panjat Tebing
Oleh : Didid Endro S.
Berbicara panjat tebing (Rock Climbing) tentu sangat erat kaitannya dengan unsur petualangan di alam bebas (adventure). Akan tetapi setelah panjat tebing menjadi populer dan semakin digemari oleh masyarakat, akhirnya dikembangkan menjadi salah satu bentuk olah raga yang hingga sekarang dikenal dengan Panjat Dinding (Wall Climbing).
Secara prinsip, antara panjat tebing dengan panjat dinding, tehnik pelaksanaannya tidak jauh berbeda, hanya saja media yang digunakan sangat berbeda. Kalau panjat tebing, terkesan lebih menantang. Karena pemanjat dihadapkan dan bersentuhan langsung dengan tebing alami dengan jalur pemanjatan yang alamiah pula.
Sementara kalau panjat dinding, pemanjat dihadapkan miniatur tebing yang terbuat dari dinding multiplek ataupun fiber glass yang sudah didesign sedemikian rupa. Bahkan jalur pemanjatannyapun sudah dibentuk dan diatur oleh pembuat jalurnya berupa pemasangan poin-poin untuk pegangan dan pijakan (hand grip). Sehingga pemanjat terkesan sudah dikendalikan (di-direc) oleh pembuat jalur.
Namun demikian, bukan berarti panjat dinding lebih mudah dibandingkan dengan dengan panjat tebing. Keduanya memiliki spesifikasi tingkat kesulitan (grade) yang berbeda-beda. Pemanjat dinding atau Sport Climbing pemula, kebanyakan sering mengalami kesulitan pada tataran tehnis. Rata-rata mereka lebih mengedepankan tenaga (Power) dan jangkauan. Jika sudah demikian, pemanjat akan kelabakan ketika dihadapkan pada jalur-jalur yang bersifat tehnis.
Pada jalur pemanjatan seperti ini, pemanjat - sebut saja atlet-, dituntut kejelian dan kepekaan dalam melakukan observasi/orientasi jalur sebelum pemanjatan. Dengan demikian, pemanjat tidak akan terjebak oleh jalur yang sengaja disiapkan pembuat jalur. Pemanjat harus mengikuti alur yang sebenarnya, sehingga tingkat kesulitan bisa dieliminir. Dalam jalur tehnis ini, pemanjat juga dituntut melakukan ekplorasi gerak atau olah tubuh yang bagus agar tercipta keseimbangan (balancing) yang baik pula.
Kemudian untuk menciptakan perpaduan antara keseimbangan, power, jangkauan, dan keindahan gerak tubuh, pemanjat harus melakukan latihan-latihan secara intens. Selain itu, untuk menjadi atlet panjat dinding yang baik, juga harus didukung dengan insting yang kuat terhadap antisispasi jalur ketika terbentur pada tingkat kesulitan (kasus) saat pemanjatan sedang berlangsung.
Ada satu hal yang dikenal dan sering dilakukan dalam memanjat dinding adalah tehnis Tri Poin. Tehnis ini sebenarnya sangat sederhana akan tetapi terkadang sering dilupakan begitu saja. Tri poin adalah sistim meletakkan beban tubuh pada tiga tumpuan, yakni dua tangan satu kaki atau dua kaki satu tangan.
Jika pembagian tumpaun ini dilakukan dengan sempurna, tentu akan tercipta balancing yang baik pula dan dengan balancing yang baik ini, daya tahan (endurance) pemanjat akan lebih terjaga. Begitu juga sebaliknya, jika hal ini terlupakan, maka tidak menutup kemungkinan pemanjat akan kehabisan energi sebelum mencapai top roop atau puncak dinding yang diinginkannya.
Beberapa hal di atas, sebenarnya sudah menjadi dasar acuan bagi atlet-atlet panjat professional maupun para pihak management atlet. Akan tetapi dalam penerapannya selalu saja ada perbedaan. Hal ini tergantung kemampuan masing-masing individu ataupun secara kelompok untuk mentransformasikannya.
Bahkan, dalam kebanyakan pihak managemen atlet, utamanya di daerah-daerah, jarang sekali melakukan pengelolaan atlet secara intens sehingga tidak heran jika banyak atlet yang meninggalkan daerahnya untuk mencari sesuatu yang lebih berharaga di daerah lain. Artinya, jika panjat tebing sudah dikelola menjadi sebuah komoditas olah raga pada masing-masing daerah, sudah seharusnya diimbangi dengan managemen pengelolaan atlet yang baik pula. Yang paling utama di sini adalah pengelolaan secara utuh baik fisik, teknis, maupun sarana prasarana serta fsasilitas.
Demikian beberapa hal yang bisa tertuang dalam kesempatan ini. Mestinya masih ada beberapa hal yang perlu kita simak bersama terkait dengan tehnis, pemasangan peralatan, Managemen Rope dan sebagainya. Tetapi karena keterbatasan ruang dan waktu, semoga dengan sekelumit berbagi ini, bisa bermanfaat bagi seluruh pencinta olah raga panjat tebing.
Selamat mencoba………………
Penulis adalah :
Alumni Perguruan Panjat Tebing Indonesia
SKYGERS Jawa Barat, Angkatan XI
Tinggal di Jepara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar