BARONG SINGARAJAN VS BARONG NANGGULAN
Alkisah, setelah Sultan Hadlirin terbunuh dalam pertikaiannya dengan Arya Penangsang, membuat hati Ratu Kalinyamat terpuruk dalam duka mendalam. Kedukaan yang akhirnya mendorong keputusannya untuk menarik diri dari kehidupan ramai, mengurung diri dalam kontemplasi dengan ujud ritual “TAPA WUDA SINJANG RAMBUT”. Sebuah keputusan yang kontra produktif pada saat situasi negara tengah berkonflik dengan Jipang Panolan.
Kontra produktif karena dengan meninggalnya Sultan Hadlirin dan Ratu Kalinyamat pergi bertapa, membuat pasukan tentaranya bagaikan anak ayam kehilangan induk, tercerai berai tanpa semangat. Mental mereka jatuh sampai titik nadir. Pertahanan Negara menjadi tak terkoordinasi dengan baik, akibatnya rakyat yang menjadi korban, karena gangguan dari pasukan jipang panolan bisa leluasa terutama diwilayah – wilayah perbatasan
Kondisi ini menimbulkan keprihatinan dan kegeraman DATUK SINGARAJA, seorang kepala desa di wilayah Jepara, seorang tokoh kharismatik dan terkenal memiliki segudang “ilmu linuwih”. Istimewa lagi, tokoh ini memiliki peliharaan kesayangan berupa seekor HARIMAU yang tubuhnya hampir sebesar kerbau. Hubungan antara Datuk Singaraja dengan harimaunya tidak sekedar hubungan “Tuan dan binatang peliharaan” tapi lebih berupa hubungan antar dua orang sahabat, karena dimanapun sang datuk berada bisa dipastikan sang harimau juga turut serta. Sang harimau pun lebih dikenal dengan nama BARONG SINGARAJAN
Dengan motivasi “mengingatkan” pasukan Jepara akantugas dan tanggung jawabnya sebagai penjaga ketahanan dan keamanan Negara, Datuk Singaraja sengaja melepas harimaunya untuk membikin kekacauan di berbagai wilayah Jepara. Kekacauan benar – benar terjadi, Barong Singaraja mengamuk, sering dengan terang – terangan memasuki pusat – pusat keramain. Wal hasil, rakyat menjadi ketakutan menyaksikan ada harimau sebesar kerbau keluar masuk kampung seenaknya. Tentu saja beban ketakutan rakyat jadi bertambah, disatu sisi harus menghadapi gangguan dari tentara Jipang panolan, disisi yang lain harus menghadapi amukan harimau.
Memang kondisi ini sebenarnya yang dinginkan sang datuk Singaraja untuk memancing kesadaran pasukan Jepara agar tidak terlalu lama terlelap dalam keterpurukan. Pancingan pun berhasil. Ki Tunggul, komandan pasukan berkuda, segera menyadari kekeliruannya. Sejenak menata diri dan hatinya, Ki Tunggul segera menata pasukan berkudanya, melatih kembali ketrampilan penggunaan senjata, strategi perang dan sebagainya. Sebagai langkah awal, Ki Tunggul mengajak pasukannya untuk menangkap Barong Singarajan yang tengah membuat keributan. Pekerjaan itu dapat diselsaikan dalam waktu singkat, karena pada dasrnya Barong Singarajan hanya ingin membangkitkan semangat kembali pasukan Jepara.
Atas restu Datuk Singaraja, Barong Singarajan akhirnya bergabung dengan pasukan berkudanya Ki Tunggul. Kemudian dengan berbagai pertimbangan, pasukan ki Tunggul bersama Barong Singaraja memutuskan untuk menyerang lebih dulu pasukan Jipang Panolan, akan tetapi mengambil taktik “Serangan Samping” dengan jalan memutar arah pergerakan pasukan lewat Bangsri dan masuk Jipang Panolan dari Tayu, bukannya langsung menusuk pertahanan Jipang lewat Kudus. Hal ini dilakukan mengingat saat itu perhatian pasukan Jipang panolan tengah terkonsentrasi ke Demak dan Pajang.
Disamping itu, dengan melewati Bangsri pasukan ki Tunggul bisa sejenak istirahat sekaligus minta restu dan nasehat – nasehat dari ki Gede Bangsri. Akan tetapi sebelum mencapai wilayah Bangsri, tepatnya di wilayah hutan “Mambak Sinanggul” pasukan ki Tunggul di hadang pasukan misterius, berupa segerombolan raksasa / dhemit yang tinggal dihutan tersebut. Pasukan raksasa yang lebih dikenal dengan pasukan DENAWAN ini dipimpin seekor harimau besar yang bernama BARONG NANGGULAN.
Pecah pertempuran pasukan ki Tunggul dengan pasukan Denawan. Semula pasukan ki tunggul tertekan karena koordinasi belum pulih, dan hampir saja mengalami kekalahan. Akan tetapi dengan kesigapan ki Tunggul yang mampu membangkitkan semangat bertempur anak buahnya, akhirnya pasukan Denawan bisa dikalahkan. Disisi lain, Barong Nanggulan bertempur dengan Barong Singarajan. Pertempuan kedua harimau (Barong) ini berlangsung cukup lama dan menegangkan karena keduanya sama – sama sakti mandraguna.
Rupa – rupanya, disamping pertempuran fisik, kedua barong tersebut juga melakukan dialog batin, dimana mereka akhirnya tahu bahwa sebenarnya mereka berkedua adalah SAUDARA. Atas dasar kesadaran dan kesepakatan, akhinya mereka berdua memutuskan untuk MEMBANTU DAN MENGAWAL PASUKAN KI TUNGGUL. Sebagian pasukan Denawan ada yang mengikuti jejak pimpinannya ini, tapi sebagian yang lain menolak dan memilih lari ke wilayah hutan PASETRAN di lereng utara pegunungnan Muria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar